Sunday, October 11, 2015

Spiritualitas yang Sesungguhnya


Di planet ini, berapa banyak orang yang beragama? Berapa banyak tempat ibadah? Berapa banyak orang yang taat menjalankan ritual agamanya? Kita tahu jumlahnya  luar biasa banyak. Tapi mengapa kemiskinan, kelaparan, penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, peperangan dan bencana alam terus saja merajalela? Sudah berapa banyak dari kita memohon, berdoa kepada Tuhan untuk mengakhiri semua itu? Tapi kegelapan tak kunjung sirna, bahkan manusia semakin individualistis, bringas, bencana alam kian mengganas. Lalu apakah yang keliru?

Ini karena mayoritas manusia bumi terfokus untuk menjadi religius bukan spiritual. Spiritual berbeda dengan religius. Spiritual sejatinya tidak ada hubungannya dengan agama. Tuhan menghendaki kita untuk menjadi manusia spiritual tapi bukan religius. Tiap agama mengklaim bahwa ajaran mereka yang paling benar dan lainnya salah. Apakah sesungguhnya  Tuhan lebih menyukai bencana Tuhan tak hanya menyelamatkan umat agama tertentu?

Spiritualitas yang sesungguhnya adalah kemampuan setiap jiwa untuk hidup selaras dengan Sang Pencipta, hidup sesuai dengan kehendakNya. Lalu bagaimana hidup yang selaras dengan Sang Sumber itu?

Ingatlah, Tuhan kita, Sang Sumber, ada dalam setiap ciptaanNya. Oleh karena itu hidup selaras dengan Sang Pencipta, adalah dengan hidup harmonis dengan seluruh mahlukNya. Ini menyangkut KASIH dan KESADARAN. Sekali lagi, KASIH dan KESADARAN adalah inti dari spiritualitas. KASIH dan KESADARANlah yang menentukan kualitas jiwa seseorang.

Baiklah, pertama-tama kita akan membahas soal KASIH atau CINTA. Semua orang tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Tapi apakah kita mengerti apa itu KASIH atau CINTA? CINTA = KASIH, CINTA adalah mengasihi, member tanpa mengharap imbalan. Tidakkah itu sederhana? Ya, tetapi pelaksanaannya yang sulit. Pemahaman CINTA dari kebanyakan manusia bumi sungguh sangat sempit. Hanya sebatas  CINTA  kepada lawan jenis. Hubungan percintaan antar lawan jenis seperti yang kita tahu.

Apakah ini sungguh-sungguh CINTA? Berapa banyak orang yang mengaku mencintai lawan jenisnya, lalu berkata Aku mencintaimu, untuk itu jadilah pasanganku. Kembali ke konsep awal bahwa CINTA memberi tanpa mengharapkan imbalan. Tentu ini bukan CINTA. Karena CINTA MEMBERI bukan MEMINTA. Konsep CINTA mayoritas manusia bumi yang amat sempit, membuat dirinya hanya memikirkan pasangan dan keluarganya. Padahal CINTA yang sesungguhnya adalah kepada semua manusia, hewan, tumbuhan, bumi dan semua mahluk.

KASIH  yang lebih dalam dapat dilihat dari kualitas-kualitas berikut: KASIH itu tak ada benci. KASIH tak ada keserakahan. KASIH tak ada kecemburuan. KASIH tak ada iri-dengki.  KASIH tak ada kesombongan. KASIH itu tidak agresif. KASIH tak ada kebohongan. KASIH tak ada kompetisi. KASIH tak menyakiti. KASIH selalu melindungi. KASIH itu panjang sabar dalam menanggung segala sesuatu. KASIH tak melakukan hal yang tidak sopan. Nah dari kualitas-kualitas tersebut sudah berapa banyak yang ada pada diri kita? Sudahkah kita hidup dengan KASIH?

Selanjutnya adalah soal KESADARAN, orang yang sadar pasti mengerti. KESADARAN disini adalah pemahaman bahwa semua mahluk Tuhan adalah SATU, bagian dari  Sang Sumber. Seseorang yang sadar bahwa setiap mahluk Tuhan terhubung, bahwa KITA SEMUA SATU, tak akan menyakiti yang lainnya. Ini bisa diibaratkan kita adalah satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuh ada yang sakit, tentu seluruh tubuh akan merasakan. Namun apa yang terjadi saat ini? Manusia menyakiti alam, bumi tempat tinggalnya, manusia lain, bahkan dirinya sendiri. Polusi di tanah, air, udara, juga di tingkat ether dari pikiran dan emosi negatif manusia. Penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, anarki, kompetisi, penipuan, diskiriminasi, ketidakpedulian. Bahkan manusia bumi bersuka ria atas semua itu. Semua hal negatif ini begitu pekat, terutama di daerah perkotaan, dimana manusianya sangat individualistis.

KESADARAN yang selanjutnya adalah mengerti bahwa Tuhan tak hanya menciptakan manusia bumi di jagad raya yang amat luas ini. Kita tahu Tuhan kita Maha Bijaksana, Dia tak akan memboroskan energy yang besar, untuk menciptakan jagad raya ini hanya untuk satu ras manusia bumi dan sisanya dibiarkan kosong begitu saja. Apalagi harus menunggu manusia bumi untuk bisa menjangkau lalu menempatinya. Umur bumi kita setidaknya sudah 5 miliar tahun, selama itu bahkan untuk menjelajah angkasa raya ini saja manusia bumi belum mampu. Pemahaman mayoritas manusia bumi tentang mahluk Tuhan sangatlah sempit, yang mereka tahu hanya tumbuhan, hewan, manusia dan astral. Kenyataannya bahwa jagad raya ini amatlah luas, dengan banyaknya planet/ bintang yang ukurannya jauh lebih besar dari bumi, penampakan crop circle, spaceship, pesan via channeling serta peradaban kuno yang berteknologi canggih, itu semua adalah bukti bahwa manusia bumi tak pernah sendiri. Ditambah dogma-dogma yang mengatakan bahwa manusia bumi adalah mahluk Tuhan paling sempurna, semakin membuat mereka besar kepala saja. Jika memang manusia bumi adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna, lalu apa kelebihan mahluk bumi dibandingkan astral? Melihat mereka saja kita tidak mampu. Dari segi kemampuan fisik, jelas astral lebih unggul, astral mampu telepati, telekinesis, teleportasi. Dari segi spiritualitas astral lebih mengerti dibanding manusia bumi. Dari ilmu pengetahuan dan teknologi astral pun tak kalah dengan manusia. Lalu apa yang ingin kita banggakan?

Selanjutnya adalah SADAR bahwa setiap jiwa akan mengalami proses pembelajaran dalam hidupnya melalui proses reinkarnasi. Perjalanan hidup bagaikan sekolah, tujuan untuk belajar, supaya paham makna hidup juga esensi Tuhannya. Seperti sekolah, kehidupan juga ada level/ tingkatannya, itulah sebabnya mengapa ada perbedaan dimensi kehidupan di alam semesta ini. Jika kita telah lulus di suatu tahap, maka kita akan naik ke tahap selanjutnya, tahap yang lebih tinggi. Tetapi jika tidak lulus, akan mengulang di tahap yang sama, atau bahkan tahap yang lebih rendah. Saat kelulusan kita dari semua tahap adalah saat kita kembali pada Sang Sumber. Keberadaan astral di dimensi yang lebih tinggi dari manusia bumi sudah jelas membuktikan adanya perbedaan dimensi dalam kehidupan mahluk-mahlukNya.

Konsep inilah yang sejak lama diajarkan oleh para avatar, spiritual master, lightworker seperti Jesus, Budha, Kwan Yin, Shiva dan lainnya Mereka tak ingin disembah. Mereka ingin manusia bumi menjadi master seperti mereka. Namun manusia bumi malah salah meginterpretasikan ajaran mereka hingga kini.

Pada kenyataannya kebanyakan Extraterrestrial (ET) sudah menguasai apa itu spiritualitas sesungguhnya. Oleh karena itu, mereka sudah dapat hidup di dimensi yang lebih tinggi. Mereka mengerti bahwa alur yang baik adalah dengan menguasai spiritualitas terlebih dahulu, barulah teknologi. Sehingga ilmu pengetahuan, teknologi, peradaban mereka maju dengan pesat. Mereka pun mampu hidup harmonis dengan sesamanya juga alam. Berkebalikan dengan di bumi, dimana tanpa memperhatikan spiritualitas, teknologi berkembang, namun digunakan untuk perang dan merusak planetnya sendiri. Spiritual ET sadar bahwa SEMUA MAHLUK DI ALAM SEMESTA ADALAH SATU.  Untuk itu mereka tidak henti-hentinya mengingatkan kita untuk meningkatkan spiritualitas seiring dengan masa transisi/ transformasi/ evolusi bumi yang sudah di depan mata.

Seseorang yang sudah mengerti spiritualitas yang sesungguhnya akan menyadari bahwa planet ini sungguh-sungguh rusak. Bahwa Ibu Bumi (Mother Earth) sungguh-sungguh menderita karena ulah manusia dan ada di ambang kehancuran. Mereka akan merasa sangat tidak nyaman hidup di bumi seperti ini.

Untuk itulah ada campur tangan Tuhan. Sekali lagi Tuhan kita yang sangat welas asih tak akan membiarkan mahlukNya menderita tanpa akhir. Tuhan sudah memutuskan penderitaan Ibu Bumi cukup sampai disini. Bumi harus bertransisi/ bertransformasi/ berevolusi dengan meningkatkan vibrasinya. Dan semua manusia yang ingin hidup di bumi yang baru harus bisa menyesuaikan vibrasinya dengan Ibu Bumi. Jika tidak, maka tidak akan bisa hidup di atasnya lagi. Untuk itu akan nada seleksi untuk memilih siapa-siapa yang berhak hidup di bumi yang baru. Ini dilakukan dengan jalan pemurnian, pembersihan total dari semua energi negatif. Akan ada kekacauan dimana-mana, banyak sekali bencana, juga kehilangan. Tapi itu perlu dilakukan, demi terciptanya bumi sesuai rencana Tuhan semula, demi terciptanya kerajaan SurgaNya. Lalu bagaimana caranya untuk bisa menaikkan vibrasi kita supaya selaras dengan Ibu Bumi? Jawabannya adalah dengan meningkatkan spiritualitas.

Jadi sudah seberapa siapkan kita menghadapi transisi tersebut, sudah berapa spiritualkah diri kita????

Sumber  : Psikologi Spiritual
Love, Light & Joy
SSW

No comments:

Post a Comment