Tuesday, October 13, 2015

Mari Mengenali Diri Sendiri

Perhatian  manusia  tentang  dirinya  sendiri  pada  umumnya  selalu terpusat  pada  jasad  atau  badan  fisik.  Hal  ini  memang  wajar  dan  dapat dipahami.  Dalam  tumbuh  kembang,  dalam  kondisi  sehat  maupun  sakit, dalam  tindak  dan  gerak,  dari  lahir  sampai  ajal,  yang  paling  menonjol dan  terbaca  jelas  oleh  panca  indera  manusia  hanyalah  badan  fisik.

Pada  umumnya  manusia  tidak  menghiraukan,  memikirkan  ataupun mengerti, apa yang sebenarnya mendasari bentuk dan gerak mereka. Kita  sering  mendengar  dan  memakai  istilah  jiwa  dan  raga,  jasmani  dan rohani,  lahir  dan  bathin,  dan  psikosomata tanpa kedalaman pemahaman keseluruhan  arti  dari  kata  tersebut. 

Pengetahuan  tentang  badan halus  manusia  (asoma),  meski  saat  ini  masih  sebatas  pemahaman, bisa  membuka  cakrawala  baru  tentang  kesadaran  dan  kehidupan. Pengetahuan  ini  bisa  menjelaskan  perbedaan  pembawaan,  nasib, pertumbuhan,  juga  pencapaian  masing-masing  manusia  di  kehidupan dunia.

Meskipun  sebenarnya  pengetahuan  ini  sudah  lama  diketahui  banyak budaya bangsa di  dunia, pengenalannya  dari zaman  ke  zaman hampir terlupakan  karena  terdesak  oleh  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi, bahkan  tenggelam  dalam  keketatan  pemahaman  religi  dan  rekayasa politik.

Badan manusia

Sebuah  penelitian  subyektif  yang  menggunakan  pendekatan  esoteris menyatakan  bahwa  badan  manusia  sarat  dengan  keajaiban.  Namun sayangnya,  hal  yang  sudah  diketahui  selama  ribuan  tahun  ini  kurang diperhatikan,  bahkan  sengaja  diabaikan  oleh  ilmu  pengetahuan,  dan dianggap sebagai hal yang tidak/belum terbukti. Sebaliknya,  pandangan  tentang  jiwa  raga  manusia  secara  tradisional cenderung dianggap gaib (occult), mistis atau religius.

Kebudayaan kuno di  Jawa,  Mesir,  Babilonia,  Persia,  Yahudi,  India,  Cina, Yunani,  Eropa  (abad  pertengahan)  sudah  mengenal  pengetahuan  ini meski berbeda dalam kata, istilah dan tujuan pengertiannya. Dalam  beberapa  dasawarsa  terakhir  ini,  kita  dapat  melihat  adanya perubahan  dalam  bidang  ilmu  pengetahuan.  Ada  semakin  banyak ilmuwan yang mulai memberikan perhatian lebih pada hal-hal metafisika, metapsikis,  supranatural  dan  sebagainya.  Dan  sudah  semakin  banyak orang  yang  memikirkan,  bagaimana  wujud  diri  insani  sebenarnya,  dan hubungannya dengan alam semesta lingkungannya.

Ilmu  fisika  modern  yang  berdasarkan  pada  teori  Quantum  mulai beranjak  meninggalkan  anggapan  bahwa  materi  tersusun  dari  partikel subatomer. 
Sebuah  penelitian  telah  menemukan  bahwa  semua  daya dan  materi  adalah  wujud  dari  getaran  elektro-magnetik  dan  apa  yang teramati  oleh  indera,  bukanlah  realitas  yang  sebenarnya,  namun  hanya sesuatu  yang  semu,  ditentukan  oleh  matra  pengamatan.  Selain  itu, ada  juga  penelitian  yang  menyebutkan  bahwa  segala  wujud  kehidupan adalah  manifestasi  suatu  bentuk  energi.  Secara  tradisional,  pengertian getaran  (vibrasi)  yang  menjadi  wujud  segala  rupa  daya  dan  materi  di alam  ini  sudah  sejak  lama  dikenal  dan  dipercaya,  tidak  lewat  obyektifitas empiris, melainkan lewat subyektifitas intuisi.

Kedua sudut pandang itu, kini semakin konvergen atau saling mendekat. Titik  temu  mulai  tampak  di  cakrawala,  pertemuan  (conflunce)  pun terjadi. Kebenaran  fakta  tidak  lagi  selalu  bersifat  obyektif,  melainkan  juga  dapat bersifat  subyektif.  Akan  tetapi,  perbedaan  pemakaian  istilah  diakui kerap  mempersulit  tercapainya  kesamaan  pendapat  dan  tidak  selalu mampu memaparkan inti permasalahan.

Badan Fisik

Badan  fisik  (soma)  atau  jasad  manusia,  seperti  yang  terlihat  dan  teraba oleh  indera,  sebenarnya  banyak  mengandung  hal-hal  gaib  (occult) di  luar  jangkauan  indera.  Apalagi  karena  badan  halusnya  (asoma) menghubungkan  individualitas  manusia  dengan  alam  semesta  dan kesadaran kosmis/universal.

Badan Halus

Badan  halus  (asoma)  adalah  unsur  non  material  dalam  diri  manusia dan  meliputi  segala  yang  tidak  nampak  dan  teraba  yang  membentuk badan  non  fisikal.  Badan  halus  ini  berperan  dalam  eksistensi,  identitas pribadi  manusia  baik  selama  hidup  di  dunia  maupun  setelah  mati  di kelanjutan kehidupan berikutnya.

Badan halus terdiri dari :

1. Badan  Eteris  -  mewadahi  energi  dan  sensori  (sensation) kehidupan.
Mereka  yang  sensitif  dapat  melihat  badan  eteris  sebagai  segumpal kabut bercahaya yang mengelilingi tubuh. Meski  lazimnya  tidak  terlihat,  badan  ini  dianggap  terdiri  dari  suatu  zat berbobot  yang  sangat  halus.  Dan  karena  merupakan  penghubung antara  badan  fisik  dan  badan  astral,  maka  badan  ini  disebut  sebagai badan  penghubung  (unifying  body).  Sebutan  lainnya  untuk  badan  ini adalah  kembaran  eteris,  badan  energi,  badan  vital,  badan  reflex,  bioflux dan lain-lain. Pada penyembuhan energitik dan psikis, upaya perbaikannya diarahkan kepada  badan eteris  ini.  Badan  eteris  dilengkapi  dengan  sistem  sirkulasi energi,  berupa  chakra-chakra  (pusat-pusat  energi)  dan  saluran-saluran energi (meridian dan lini-lini). Pancaran  dari  badan  eteris  ini  dapat  dipotret  dengan  Foto  Kirlian  atau Photo  Aura.

2. Badan Astral  -  mewadahi  kesadaran  (consciousness)  dan  perasaan (emotion).
Badan  ini  merupakan  bagian  dari  kegiatan  emosional,  mental,  dan  fisik individu. Badan  ini  merupakan  sarana  perasaan  (feeling,  emotion,  pathema), karenanya disebut  pathemic body. Badan  ini  mendasari  kesadaran  intelektual  tingkat  tinggi  dan  ingatan atau ‘memory’, dan karenanya juga disebut mental/memory body. Selagi  manusia  hidup,  badan  astral  terhubung  dengan  badan  fisik melalui  tali  astral.  Lewat  tali  penghubung  ini  segala  pengalaman  badan f isik  diteruskan  ke  badan  astral,  untuk  selanjutnya  diteruskan  ke  roh, untuk diresapi hikmahnya. Pada  saat  ajal,  tali  astral  terputus,  dan  hubungan  badan  fisik  dengan badan suprafisik pun akan terhenti. Badan astral menjadi semacam selubung atau wadah bagi roh. Menurut  paham  reinkarnasi,  perbuatan  aib  akan  dapat  menodai  badan astral.  Karena  kemudian  akan  diteruskan  kepada  roh,  maka  perbuatan aib  ini  juga  akan  mempengaruhi  keadaan  roh.  Karenanya,  badan astral  disebut  badan  kausal  (causal/karmic  body),  dimana  dia  akan bertanggung jawab atas karma individu.

Badan  ini  tidak  kekal.  Namun  sebagai  selubung/wadah  roh,  maka dia  akan  terus  bersama  roh  setelah  manusia  mati.  Dia  mengikuti  roh, meningkat  pada  tahap-tahap  progresif,  menimba  pengalaman  untuk perkembangan  rohaniahnya  dalam  runtunan  alam.  Setelah  beberapa tahun  (berabad-abad  menurut  ukuran  waktu  di  dunia)  kemudian  badan astral dilepaskan oleh roh, dan kemudian lebur ke dalam alam astral. Menurut paham reinkarnasi, individu yang kemudian lahir kembali ke bumi, mempunyai  roh  yang  sama,  namun  dengan  badan  astral  yang  berbeda. Selagi  manusia  hidup,  badan  astral  untuk  waktu  yang  singkat,  dapat keluar  dari  badan  fisik.  Baik  di  luar  kesadaran  (dalam  keadaan  tidur) maupun secara sadar melakukannya  (astral projection). Selama  disosiasi  ini  (keluarnya  badan  astral  dari  badan  fisik),  badan astral  tetap  terhubung  dengan  badan  fisik  melalui  tali  astral  yang  bersifat elastis  dan  dapat  teregang  sampai  jauh.  Dengan  demikian,  kontak  dan komunikasi antara kedua badan tersebut tetap terpelihara.

3. Roh (soul, suksma, jiwa, atma) - unsur langgeng.

Roh  memiliki  kedudukan  tersendiri.  Keberadaannya  tidak  dapat diselidiki  secara  empiri.  Dia  tidak  terikat  pada  suatu  substansi,  tidak dapat dibatasi oleh ruang, waktu dan kausalitas. Roh  adalah  inti  spiritual  dan  inti  terdalam  kemanusiaan.  Roh  bersifat transenden,  kekal  dan  merupakan  konsepsi  religius.  Roh  merupakan pancaran  dari  Tuhan  sekaligus  merupakan  unsur  Ketuhanan  dalam  diri manusia.  Roh  lahir  dan  hidup  untuk  sementara  di  bumi  namun  memiliki kekekalan di alam baka. Roh  hanya  dipengaruhi  oleh  hukum  spiritual.  Roh  akan  mengarahkan manusia  kepada  kebaikan,  keluhuran  dan  keindahan,  mencegah manusia dari segala hal yang tidak baik. Secara pasif,  roh  juga mengawasi dan mencatat hal-hal yang baik dan yang buruk yang dilakukan manusia. Manifestasi  roh  akan  tercermin  dalam  aspirasi  intelektual  dan  moral, kecintaan  terhadap  kebenaran,  apresiasi  untuk  segala  yang  indah,  dan keinginan  untuk  memperbaiki  diri  menuju  kesempurnaan.  Semuanya ini  merupakan  cerminan  hasrat  manusia  menuju  kepada  Ketuhanan/ Keillahian. Setelah  wafat,  roh,  bersama  badan  astral,  dengan  petunjuk  entitas yang  lebih  tinggi,  akan  menempuh  perjalanan  dari  alam  ke  alam  untuk secara  intens  belajar  menuju  kesempurnaan  dan  akhirnya  kembali kepada  Tuhan.

Manfaat Mengenal Jati Diri

Dengan  mengetahui  komposisi  dan  fungsi  esensial  badannya, seseorang  akan  lebih  mampu  mengenal  asal  dan  tujuan  penciptaanya (sangkan paraning dumadi). Seseorang  akan  bisa  lebih  menghayati  pertanggungjawaban kehidupannya,  lebih  siap  dalam  menegakkan  moral  dan  etika,  dan dalam  berbuat  baik  dengan  ikhlas.  Hidup  adalah  pengharapan  dan kepercayaan, bukanlah ancaman dan ketakutan.

Love, Light, Joy
SSW
Lighterian Reiki Master

No comments:

Post a Comment