Perhatian manusia tentang dirinya sendiri pada umumnya selalu terpusat pada jasad atau badan fisik. Hal ini memang wajar dan dapat dipahami. Dalam tumbuh kembang, dalam kondisi sehat maupun sakit, dalam tindak dan gerak, dari lahir sampai ajal, yang paling menonjol dan terbaca jelas oleh panca indera manusia hanyalah badan fisik.
Pada umumnya manusia tidak menghiraukan, memikirkan ataupun mengerti, apa yang sebenarnya mendasari bentuk dan gerak mereka. Kita sering mendengar dan memakai istilah jiwa dan raga, jasmani dan rohani, lahir dan bathin, dan psikosomata tanpa kedalaman pemahaman keseluruhan arti dari kata tersebut.
Pengetahuan tentang badan halus manusia (asoma), meski saat ini masih sebatas pemahaman, bisa membuka cakrawala baru tentang kesadaran dan kehidupan. Pengetahuan ini bisa menjelaskan perbedaan pembawaan, nasib, pertumbuhan, juga pencapaian masing-masing manusia di kehidupan dunia.
Meskipun sebenarnya pengetahuan ini sudah lama diketahui banyak budaya bangsa di dunia, pengenalannya dari zaman ke zaman hampir terlupakan karena terdesak oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan tenggelam dalam keketatan pemahaman religi dan rekayasa politik.
Badan manusia
Sebuah penelitian subyektif yang menggunakan pendekatan esoteris menyatakan bahwa badan manusia sarat dengan keajaiban. Namun sayangnya, hal yang sudah diketahui selama ribuan tahun ini kurang diperhatikan, bahkan sengaja diabaikan oleh ilmu pengetahuan, dan dianggap sebagai hal yang tidak/belum terbukti. Sebaliknya, pandangan tentang jiwa raga manusia secara tradisional cenderung dianggap gaib (occult), mistis atau religius.
Kebudayaan kuno di Jawa, Mesir, Babilonia, Persia, Yahudi, India, Cina, Yunani, Eropa (abad pertengahan) sudah mengenal pengetahuan ini meski berbeda dalam kata, istilah dan tujuan pengertiannya. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, kita dapat melihat adanya perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan. Ada semakin banyak ilmuwan yang mulai memberikan perhatian lebih pada hal-hal metafisika, metapsikis, supranatural dan sebagainya. Dan sudah semakin banyak orang yang memikirkan, bagaimana wujud diri insani sebenarnya, dan hubungannya dengan alam semesta lingkungannya.
Ilmu fisika modern yang berdasarkan pada teori Quantum mulai beranjak meninggalkan anggapan bahwa materi tersusun dari partikel subatomer.
Sebuah penelitian telah menemukan bahwa semua daya dan materi adalah wujud dari getaran elektro-magnetik dan apa yang teramati oleh indera, bukanlah realitas yang sebenarnya, namun hanya sesuatu yang semu, ditentukan oleh matra pengamatan. Selain itu, ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa segala wujud kehidupan adalah manifestasi suatu bentuk energi. Secara tradisional, pengertian getaran (vibrasi) yang menjadi wujud segala rupa daya dan materi di alam ini sudah sejak lama dikenal dan dipercaya, tidak lewat obyektifitas empiris, melainkan lewat subyektifitas intuisi.
Kedua sudut pandang itu, kini semakin konvergen atau saling mendekat. Titik temu mulai tampak di cakrawala, pertemuan (conflunce) pun terjadi. Kebenaran fakta tidak lagi selalu bersifat obyektif, melainkan juga dapat bersifat subyektif. Akan tetapi, perbedaan pemakaian istilah diakui kerap mempersulit tercapainya kesamaan pendapat dan tidak selalu mampu memaparkan inti permasalahan.
Badan Fisik
Badan fisik (soma) atau jasad manusia, seperti yang terlihat dan teraba oleh indera, sebenarnya banyak mengandung hal-hal gaib (occult) di luar jangkauan indera. Apalagi karena badan halusnya (asoma) menghubungkan individualitas manusia dengan alam semesta dan kesadaran kosmis/universal.
Badan Halus
Badan halus (asoma) adalah unsur non material dalam diri manusia dan meliputi segala yang tidak nampak dan teraba yang membentuk badan non fisikal. Badan halus ini berperan dalam eksistensi, identitas pribadi manusia baik selama hidup di dunia maupun setelah mati di kelanjutan kehidupan berikutnya.
Badan halus terdiri dari :
1. Badan Eteris - mewadahi energi dan sensori (sensation) kehidupan.
Mereka yang sensitif dapat melihat badan eteris sebagai segumpal kabut bercahaya yang mengelilingi tubuh. Meski lazimnya tidak terlihat, badan ini dianggap terdiri dari suatu zat berbobot yang sangat halus. Dan karena merupakan penghubung antara badan fisik dan badan astral, maka badan ini disebut sebagai badan penghubung (unifying body). Sebutan lainnya untuk badan ini adalah kembaran eteris, badan energi, badan vital, badan reflex, bioflux dan lain-lain. Pada penyembuhan energitik dan psikis, upaya perbaikannya diarahkan kepada badan eteris ini. Badan eteris dilengkapi dengan sistem sirkulasi energi, berupa chakra-chakra (pusat-pusat energi) dan saluran-saluran energi (meridian dan lini-lini). Pancaran dari badan eteris ini dapat dipotret dengan Foto Kirlian atau Photo Aura.
2. Badan Astral - mewadahi kesadaran (consciousness) dan perasaan (emotion).
Badan ini merupakan bagian dari kegiatan emosional, mental, dan fisik individu. Badan ini merupakan sarana perasaan (feeling, emotion, pathema), karenanya disebut pathemic body. Badan ini mendasari kesadaran intelektual tingkat tinggi dan ingatan atau ‘memory’, dan karenanya juga disebut mental/memory body. Selagi manusia hidup, badan astral terhubung dengan badan fisik melalui tali astral. Lewat tali penghubung ini segala pengalaman badan f isik diteruskan ke badan astral, untuk selanjutnya diteruskan ke roh, untuk diresapi hikmahnya. Pada saat ajal, tali astral terputus, dan hubungan badan fisik dengan badan suprafisik pun akan terhenti. Badan astral menjadi semacam selubung atau wadah bagi roh. Menurut paham reinkarnasi, perbuatan aib akan dapat menodai badan astral. Karena kemudian akan diteruskan kepada roh, maka perbuatan aib ini juga akan mempengaruhi keadaan roh. Karenanya, badan astral disebut badan kausal (causal/karmic body), dimana dia akan bertanggung jawab atas karma individu.
Badan ini tidak kekal. Namun sebagai selubung/wadah roh, maka dia akan terus bersama roh setelah manusia mati. Dia mengikuti roh, meningkat pada tahap-tahap progresif, menimba pengalaman untuk perkembangan rohaniahnya dalam runtunan alam. Setelah beberapa tahun (berabad-abad menurut ukuran waktu di dunia) kemudian badan astral dilepaskan oleh roh, dan kemudian lebur ke dalam alam astral. Menurut paham reinkarnasi, individu yang kemudian lahir kembali ke bumi, mempunyai roh yang sama, namun dengan badan astral yang berbeda. Selagi manusia hidup, badan astral untuk waktu yang singkat, dapat keluar dari badan fisik. Baik di luar kesadaran (dalam keadaan tidur) maupun secara sadar melakukannya (astral projection). Selama disosiasi ini (keluarnya badan astral dari badan fisik), badan astral tetap terhubung dengan badan fisik melalui tali astral yang bersifat elastis dan dapat teregang sampai jauh. Dengan demikian, kontak dan komunikasi antara kedua badan tersebut tetap terpelihara.
3. Roh (soul, suksma, jiwa, atma) - unsur langgeng.
Roh memiliki kedudukan tersendiri. Keberadaannya tidak dapat diselidiki secara empiri. Dia tidak terikat pada suatu substansi, tidak dapat dibatasi oleh ruang, waktu dan kausalitas. Roh adalah inti spiritual dan inti terdalam kemanusiaan. Roh bersifat transenden, kekal dan merupakan konsepsi religius. Roh merupakan pancaran dari Tuhan sekaligus merupakan unsur Ketuhanan dalam diri manusia. Roh lahir dan hidup untuk sementara di bumi namun memiliki kekekalan di alam baka. Roh hanya dipengaruhi oleh hukum spiritual. Roh akan mengarahkan manusia kepada kebaikan, keluhuran dan keindahan, mencegah manusia dari segala hal yang tidak baik. Secara pasif, roh juga mengawasi dan mencatat hal-hal yang baik dan yang buruk yang dilakukan manusia. Manifestasi roh akan tercermin dalam aspirasi intelektual dan moral, kecintaan terhadap kebenaran, apresiasi untuk segala yang indah, dan keinginan untuk memperbaiki diri menuju kesempurnaan. Semuanya ini merupakan cerminan hasrat manusia menuju kepada Ketuhanan/ Keillahian. Setelah wafat, roh, bersama badan astral, dengan petunjuk entitas yang lebih tinggi, akan menempuh perjalanan dari alam ke alam untuk secara intens belajar menuju kesempurnaan dan akhirnya kembali kepada Tuhan.
Manfaat Mengenal Jati Diri
Dengan mengetahui komposisi dan fungsi esensial badannya, seseorang akan lebih mampu mengenal asal dan tujuan penciptaanya (sangkan paraning dumadi). Seseorang akan bisa lebih menghayati pertanggungjawaban kehidupannya, lebih siap dalam menegakkan moral dan etika, dan dalam berbuat baik dengan ikhlas. Hidup adalah pengharapan dan kepercayaan, bukanlah ancaman dan ketakutan.
Love, Light, Joy
SSW
Lighterian Reiki Master
No comments:
Post a Comment