Romo, saat ini saya masih misa setiap minggu dan ikut
membantu lingkungan /paroki. Tapi sesungguhnya sudah beberapa lama saya
berpikir untuk tidak beragama saja. Saya menghargai ajaran kebajikan,
kebijaksanaan dan kasih dari semua agama. Namun aturan-aturan keagamaan menurut
pemikiran saya justru menjebak orang merasa diri sudah suci atau sebaliknya
merasa dosa hanya karena tidak mengikuti aturan yang berlaku dalam agama yang
dianutnya.
Hampir dua tahun ini saya tidak masuk kamar pengakuan. Hati
kecil bergumul, antara kata-kata pastor yang mengingatkan untuk tidak menerima
komuni kalau tidak bertobat dan kesadaran bahwa bukan pengakuan yang bisa
membuat saya menghindari dosa.
Saya sering bersyukur dalam hati, bahwa saya pernah belajar
memahami apa itu kesadaran (awareness). Dalam kehidupan sehari-hari dimanapun,
dalam kondisi apapun, kekuatan kesadaran bisa mengendalikan tindakan dan
pikiran-pikiran jahat yang bisa kapan saja muncul.
Kesadaran segera meredam emosi yang suka meledak bila
keadaaan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Bahkan kekuatan kesadaran itu juga yang membuat saya bisa
belajar mengurangi rasa sakit di beberapa bagian tubuh yang dipicu kondisi
stress.
Belajar melepas kotoran-kotoran batin dan segala keinginan
juga sangat membantu saya lebih tenang sehingga tidak salah-salah mengambil
keputusan.
Pandangan seperti ini membuat saya merasa bukan agama yang
menjadikan seseorang hidup lebih baik, melainkan hidup berkesadaran. Hidup
berkesadaran adalah spiritualitas murni. Hidup berkesadaran inilah yang membawa
kepada hidup tanpa-diri (no-ego/no-self) dan hidup tanpa-diri itulah yang
menghasilkan tindakan-tindakan kebajikan. (NN)
===
Halo NN,
Terimakasih sudah berbagi pengalaman.
Apa yang Anda rasakan tidak keliru: bukan agama yang
mengubah orang, tetapi hidup berkesadaran. Apabila agama ingin memberi
kontribusi pada perubahan manusia secara mendasar, maka aspek kesadaran harus
lebih dikembangkan. Sekarang ini yang dikembangkan masih kuat pada aspek ritual,
intelektual dan institusional. Maka orang-orang beragama butuh lebih banyak
pencerahan. Bisa jadi bukan orang yang tidak beragama yang lebih membutuhkan
pencerahan, tetapi orang-orang yang beragama. Kehadiran kita di tengah
komunitas beragama diharapkan memberi warna yang berbeda.
Love n Light,
Johanes Sudrijanta, SJ
No comments:
Post a Comment